Tokoh Siliwangi Dina Sajarah Sunda Kaasup Tokoh Anu Ngadegkeun

Tokoh Siliwangi Dina Sajarah Sunda Kaasup Tokoh Anu Ngadegkeun – Prabu Siliwangi atau Raja Siliwangi (Bahasa Sunda: ẕọớọẹᮥᮞᮤᮮᮂᮝᮍᮤ, terjemahan. Perebu Silih Wangi) adalah seorang tokoh semi legendaris yang digambarkan sebagai raja besar Paja Sundar Islam pada masa pemerintahan Paja Sundar Islam.

Ia adalah tokoh populer dalam tradisi lisan pantun Sunda, sastra Sunda, dongeng, cerita rakyat, lakon, dan legenda yang menggambarkan masa pemerintahannya sebagai masa keemasan masyarakat Sunda. Tradisi Sunni menyebut beliau sebagai raja yang sakti, cakap, berani, adil dan bijaksana yang berhasil memimpin rakyat dan kerajaannya menuju era kejayaan dan kesejahteraan.

Tokoh Siliwangi Dina Sajarah Sunda Kaasup Tokoh Anu Ngadegkeun

Tokoh Prabu Siliwangi termasuk tokoh semi mitologi karena tradisi lisan Sunda menyebut raja besar Sunda hanya dengan sebutan “Prabu Siliwangi” tanpa memperhatikan jaman atau masa sejarah. Sulit untuk memastikan dan mengidentifikasi siapa tokoh sejarah yang diduga merupakan Prabu Siliwangi yang legendaris itu. Dengan demikian, sejarah raja legendaris ini terbentang dari zaman mitologi yang berkaitan dengan sejarah para dewa dan dewi Sunda kuno, hingga masa-masa berikutnya, ketika ajaran Islam sampai ke Tatar Sunda sebelum runtuhnya kerajaan Sunda Pajajaran.

Carita Babad Ki / Kd

Berbagai pihak mengemukakan pendapat siapa sebenarnya tokoh sejarah yang menginspirasi kisah Prabu Siliwangi. Tafsir paling populer mengaitkan Prabu Siliwangi dengan tokoh sejarah raja Sunda bernama Sri Baduga Maharaja

Yang akan memerintah di Pajajaran pada periode 1482-1521. Sementara itu, ada pihak lain yang berpendapat bahwa legenda Prabu Siliwangi mungkin terinspirasi dari tokoh sejarah mantan raja Sunda bernama Niskala Wastu Kancana yang diyakini memerintah selama 104 tahun antara tahun 1371 hingga 1475.

Baca juga  Suku Suku Yang Sejenis Dari Bentuk Aljabar 6x2+6xy-4y2-7x2+2xy+2y2 Adalah

Salah satu teori linguistik menyebutkan bahwa nama Siliwangi berasal dari istilah Sunda Silih Wangi yang berarti penerus atau penerus Raja Wangi. Raja Wangi sendiri artinya raja yang mempunyai nama harum (harum).

Menurut Kung Sunda dan Carita Parahyangan, Raja Wangi diidentifikasikan sebagai Maharaja Linggabuana, seorang raja Sunda yang wafat di Majapahit pada tahun 1357 pada masa Perang Bubat. Dikisahkan Raja Hayam Wuruk, raja Majapahit, bermaksud memperistri Dyah Pitaloka Citraresmi, putri raja Sunda. Keluarga kerajaan Sunda datang ke Majapahit untuk menikahkan putrinya dengan Hayam Wuruk. Namun Gajah Mada, mahapatih Majapahit, melihat peristiwa ini sebagai peluang untuk menyerukan penaklukan kerajaan Sunda di bawah Majapahit. Ia meminta agar sang putri tidak dijadikan permaisuri Majapahit, melainkan diperlakukan hanya sebagai selir, sebagai tanda persembahan penyerahan Kerajaan Sunda sebagai kerajaan bawahan kepada Majapahit.

Makalah Basa Sunda Babad

Marah dengan hinaan Gajah Mada, keluarga kerajaan Sunda bertempur dengan belati melawan tentara Majapahit hingga tewas demi mempertahankan kehormatan mereka. Sepeninggalnya, Prabu Lingga Buana diberi gelar Wangi (raja yang namanya harum) karena keberanian dan kepahlawanannya dalam membela kehormatan kerajaan.

Keturunannya yang mempunyai keagungan setara disebut Siliwangi (penerus Raja Wangi). Setelah kematian Raja Wangi (Prebu Maharaja) tujuh raja menggantikan satu sama lain, semuanya secara teknis dianggap sebagai pewaris Raja Wangi (Silihwangi).

Pura yang didedikasikan untuk pemujaan Raja Siliwangi terletak di Pura Parahyangan Agung Jagatkarta di Bogor, Jawa Barat.

Legenda Sunda menceritakan kisah Pangeran Jayadewata, putra Prabu Anggalarang, raja kerajaan Galuh, yang memerintah di istana Surawisesa kota Kawali. Pangeran Jayadewata juga dikenal dengan gelar Ratu Purana Prebu Guru Dewataprana.

Dongeng1 Bahasa Sunda

Pada masa mudanya, Pangeran Jayadewata dikenal dengan sebutan Raden Pakarah Rasa (pemanah cinta). Nama ini menunjukkan bahwa sang pangeran memiliki paras yang sangat tampan dan menawan sehingga membuat semua orang mudah jatuh cinta padanya. Tradisi Sunda menyatakan bahwa sang pangeran adalah seorang pelajar yang cerdas dalam bidang sastra, musik, tari, dan seni, termasuk seni bela diri pencak silat, serta keterampilan khas kerajaan seperti seni perang dan memanah.

Baca juga  35 Gram Berapa Sendok Makan

Seorang tokoh kerajaan mempunyai niat jahat untuk menggulingkan Raja Anggalarang dan akhirnya berhasil membunuhnya dan naik takhta. Sementara itu, Pangeran Jayadewata telah diracuni dan disihir dengan ilmu hitam sehingga menyebabkan dia kehilangan ingatan bahkan menjadi gila. Pangeran yang kuat namun gila ini kemudian melakukan perjalanan ke seluruh negeri dan menyebabkan keributan di desa-desa. Akhirnya Ki Gedeng Sindangkasih, Kepala Desa Sindangkasih berhasil menundukkannya. Berkat kasih sayang Nyi Ambetkasih, putri Ki Gedeng, akhirnya penyakit ingatan yang diderita sang pangeran sembuh. Pangeran Jayadewata kemudian menikah dengan Nyi Ambetkasih. Selanjutnya Pangeran Jayadewata berhasil menggalang dukungan rakyat dan berhasil mendapatkan kembali haknya atas takhta Kerajaan Sunda.

Tradisi Sunda mengasosiasikan Prabu Siliwangi dengan hewan mistis harimau dan juga dengan harimau hitam putih yang dianggap sebagai hewan gaib penjaganya. Menurut legenda Sunda, ketika tentara Cirebon dan Banten menyerbu Dayeuh (ibu kota kerajaan) Pakuan Pajajaran, raja menolak masuk Islam. Namun ia juga enggan melawan tentara Islam yang masuk dari Cirebon, karena bagaimanapun Cirebon adalah kerajaan putranya. Menurut tradisi, setelah jatuhnya ibu kota Pakuan, dengan didampingi para pengikutnya, raja Sunda terakhir mundur ke Gunung Salak yang terletak di sebelah selatan ibu kota, untuk menghindari pertumpahan darah. Kemudian raja menjadi ngahyang (meninggal dunia atau moksa) hyang atau roh ketuhanan. Konon ia menjelma menjadi hewan mistis berwujud harimau keramat. Sedangkan cerita lain menyebutkan raja menghilang di Leuweung (hutan) Sancang, dekat Laut Selatan di Kabupaten Garut.

Pada abad ke-17, lebih dari seratus tahun setelah runtuhnya Kerajaan Sunda, kota Pakuan Pajajaran ditinggalkan. Lambat laun kota ini terbengkalai, bobrok dan rusak, ditelan semak-semak dan berbagai tumbuhan tropis, hingga berubah menjadi hutan lebat yang menjadi sarang harimau. Ekspedisi Belanda pertama ke Jawa Barat dilakukan pada tahun 1687, di bawah pimpinan Pieter Scipio van Oostende. Ia menggandeng rombongan ekspedisi menjelajahi hutan di selatan Batavia hingga bekas ibu kota Pakuan dan akhirnya sampai di Wijnkoopsbaai (sekarang Palabuhanratu).

Baca juga  Lukisan Merupakan Karya Seni Yang Termasuk Dalam Bentuk

Modul Bahasa Sunda Kelas 7

Salah satu anggota ekspedisi ini dibunuh oleh seekor harimau dua hari sebelumnya di kawasan ini. Scipio mendapat informasi dari anak buah Letnan Tanuwijaya dari Sumedang, bahwa reruntuhan tersebut merupakan bekas ibu kota kerajaan Pakuan Pajajaran.

Pada tanggal 23 Desember 1687, Gubernur Jenderal Joanes Camphuijs menulis laporan; “Di keraton kuno tempat peninggian tanah, dekat lempengan perak suci (prasasti Batutulis) peninggalan Raja Pajajaran, kawasan ini banyak dijaga oleh harimau.”

Penampakan harimau juga dilaporkan oleh warga Kedung Halang dan Parung Angsana yang menemani Scipio dalam ekspedisi ini. Konon peristiwa inilah yang menjadi cikal bakal legenda setempat yang menyebutkan bahwa raja Pajajaran beserta seluruh bangsawan Sunda dan pengawalnya telah menjelma menjadi harimau mistis.

Artikel dina bahasa sunda, dongeng dina bahasa sunda, sajarah sunda, lagu sunda dina amparan sajadah, arti dina bahasa sunda, carita sajarah sunda, lagu sunda wangsit siliwangi, sajarah novel sunda, dongeng sunda anu lucu, tokoh sunda, dongeng sunda anu pendek, sajarah aksara sunda