Tempat Sirame Putri Sultan Namine

Tempat Sirame Putri Sultan Namine – Kerajaan Kalinyamat (juga dikenal sebagai Kerajaan Jepara) adalah sebuah kerajaan Jawa abad ke-16 yang berpusat di Jepara. Kalinyamat dan Yepara awalnya merupakan dua kadipaten terpisah di bawah Kerajaan Demak. Sepeninggal Pangeran Trenggana, Kalinyamat membawa Jepara, Pati, Juwana dan Rembang bersamanya.

Puncak ketenarannya terjadi pada pertengahan abad ke-16, saat Kalinyamat diperintah oleh Ratu Kalinyamat. Antara tahun 1551 dan 1574, Kalinyamat melakukan ekspedisi ke Melaka Portugis untuk mengusir Portugis dari Hindia Timur dan memperluas kekuasaan mereka ke luar Jawa, seperti Kalimantan Barat dan Pulau Bawe.

Tempat Sirame Putri Sultan Namine

Provinsi Kalinyamat terletak 18 km ke pedalaman dari Jepara. Pada abad keenam belas, kawasan ini menjadi pusat pemerintahan kota pelabuhan Yepara. Menurut catatan naskah, Kalinyamat didirikan oleh seorang kapten Cina (Jawa) Wintang, yang kapalnya tenggelam di lepas pantai Jepara. Ketika ia datang ke Jepara (Jung Mara) dalam keadaan melarat, ia dibantu untuk belajar bahasa daerah oleh rekan-rekannya yang sudah lebih dulu masuk Islam. Setelah Sunan Quds dia menerima Islam dan mengganti namanya menjadi Rakit. Setelah beberapa lama, ia membangun sebuah bangunan di pinggir jalan antara Qudus dan Yepara, yang lambat laun menjadi tempat yang makmur dan berkembang pesat. Ia kemudian mengabdi pada Sultan Trenggana dari Demak dan menikah dengan salah satu putri Sultan Trenggana. Menurut silsilah kerajaan Demak, ratunya tercatat sebagai Ratu Ariya Jepara atau dalam Babad Tanah Javi disebut Ratu Kalinyamat.

Pada tahun 1549, keluarga Sunan Pravata, Sultan Demak keempat, dibunuh oleh Rangkut dan Gopta atas perintah Arya Penangsang, Bupati Jipang Panolan. Ratu Kalinyamat menempelkan keris Kyai Betok Sunan Kudus pada tubuh kakaknya. Maka Pangeran dan Putri Kalinyamat pergi ke Qudus untuk meminta penjelasan.

Menurut Babad Tanah Jawi, Ratu Kalinyamat datang untuk menuntut keadilan atas kematian kakaknya, namun Sunan Kudus mendukung Arya Penangsang dalam perebutan takhta sepeninggal Sultan Trengana. Dijelaskannya, Sunan Pravata pernah membunuh Pangeran Sekar Seda di Lepen, ayah Arya Penangsang, di masa mudanya. Oleh karena itu, Sunani Qudus menilai hal tersebut merupakan respons yang tepat.

Ratu Kalinyamat kecewa dengan sikap Sunan Kudus. Dia dan suaminya memilih kembali ke Jepara. Di tengah perjalanan, mereka disergap oleh anak buah Arya Penangsang. Pangeran Kalinyamat meninggal. Konon ia sempat masuk ke Tanah Air dengan sisa tenaganya, sehingga penduduk setempat menyebut daerah kematian Pangeran Kalinyamat sebagai Desa Prangkat.

Baca juga  Gerakan Awalan Tumpuan Pendaratan Terdapat Pada

Setelah itu, Ratu Kalinyamat membawa jenazah Pangeran Kalinyamat dan melanjutkan perjalanan hingga sampai di sebuah sungai dan darah dari tubuh Pangeran Kalinyamat membuat air sungai menjadi ungu dan daerah tersebut dikenal dengan nama Kalivungu. Sambil terus ke barat dia lelah lalu melewati Pringtulis. Dan karena lelahnya berjalan (nenek moyang) di tempat yang sekarang dikenal dengan nama Mayong. Sesampainya di Pelang, hatinya berkelana. Sesampainya di Purwogondo Disebut demikian karena di situlah pertama kali Ratu Kalinyamat mengeluarkan bau badannya, kemudian melewati Pekangan dan sampai di Mantingan.

Di Gunung Danaraja dan berjanji tidak akan “memakai baju” di hadapan bantal Arya Penangsang. Harapan terbesarnya adalah adik iparnya, Hadiwijaya, Bupati Pajang, karena hanya dialah yang mempunyai kekuasaan setara dengan Bupati Jipang.

Hadiwijaya tak mau berhadapan langsung dengan Arya Penangsang karena sama-sama anggota keluarga Demak. Ia juga mengadakan lomba berhadiah tanah Mataram dan Pati. Ki Ageng Pakarahan dan Ki Panjavi memenangkan pertandingan tersebut. Arya Penangsang dibunuh oleh Sutawijaya putra Ki Ageng Pemanahan berkat tipu muslihat Ki Juru Martani.

Ratu Kalinyamat kembali naik takhta setelah wafatnya Arya Penangsang pada tahun 1549. Selanjutnya Kalinyamat, Demak dan Jipang berada di bawah Pajang yang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya. Namun Hadiwijaya tetap memperlakukan Ratu Kalinyamat sebagai atasan yang dihormati, bahkan Hadiwijaya tidak berniat menikahi Kalinyamat. Ratu Kalinyamat tidak menganggap Pajhang sebagai penghalang.

Tercatat para saudagar Aceh, Melaka, Banten, Demak, Semarang, Tegal, Bali, Makassar, Banjarmasin, Tuban, dan Gresik turut meramaikan Jepara. Pelabuhan Jepara bisa dikatakan merupakan tempat transaksi komersial internasional. Ratu Kalinyamat juga memungut bea masuk pada setiap kapal yang beroperasi di pelabuhan Jepara. Hasil perdagangan beras dan pajak cukai membuat Yepara menjadi kerajaan yang makmur dan kaya raya.

Dengan kekayaannya, Ratu Kalinyamat membangun angkatan laut yang sangat kuat untuk melindungi kerajaan maritimnya. Sebagai kerajaan maritim bercorak Islam, Kerajaan Jepara sangat dihormati dan disegani oleh kerajaan-kerajaan Islam lainnya. Kekuatan armada angkatan laut Kerajaan Jepara terkenal seantero nusantara. Banyak kerajaan lain yang meminta bantuan angkatan laut Jepara untuk melindungi wilayahnya.

Ratu Kalinyamat mempunyai pengaruh yang besar di Pulau Jawa saat itu. Dia adalah seorang ratu dengan posisi politik yang kuat dan status ekonomi yang kaya. Ia menjalin hubungan diplomatik yang baik dengan kerajaan maritim Islam lainnya. Jepara telah menjalin hubungan diplomatik dengan Kerajaan Johor, Kesultanan Aceh, Kesultanan Banten, Kesultanan Cirebon, Ambon, dan Kesultanan Demak.

Baca juga  Bahasa Inggris Lemari

Ratu Kalinyamat, seperti Bupati Jepara sebelumnya (Pati Unus), anti Portugis. Pada tahun 1550, ia mengirimkan 4.000 tentara Yepara dengan 40 kapal untuk memenuhi permintaan Sultan Johor untuk membebaskan Melaka dari penawanan Eropa.

Kemudian kekuatan Federasi Malaya bergabung dengan kekuatan Jepara yang mencapai 200 kapal perang. Pasukan gabungan menyerang dari utara dan berhasil merebut sebagian Melaka. Namun, Portugis berhasil membalas. Pasukan Federasi Malaya berhasil dikalahkan, sedangkan pasukan Jepara tetap tidak melakukan perlawanan.

Hanya setelah kematian pemimpin mereka barulah pasukan Yepara mundur. Pertempuran selanjutnya terjadi di pesisir dan laut, menewaskan 2.000 tentara Jepara. Terjadi badai yang membuat dua kapal Jepara terdampar di lepas pantai Melaka dan menjadi mangsa Portugis. Prajurit Jepara yang berhasil kembali ke Pulau Jawa tak lebih dari separuhnya yang meninggalkan Melaka.

Pada tahun 1564, Sultan Ali Riyat Syah dari Kesultanan Aceh meminta bantuan Demak untuk menyerang Portugis di Melak. Saat itu Demak dipimpin oleh seorang bupati yang mudah curiga bernama Arya Pangiri, putra Sunan Pravata. Dia membunuh utusan Acena. Akhirnya, Aceh menyerang Melaka pada awal tahun 1567, bahkan tanpa bantuan orang Jawa. Serangan itu tidak berhasil.

Pada tahun 1573, Sultan Ali Riyat Syah meminta bantuan Ratu Kalinyamat untuk menyerang Melaka kembali. Ratu mengirimkan 300 kapal dengan 15.000 prajurit Jepara di dalamnya. Pasukan yang dipimpin oleh Laksamana Kee Demang baru tiba di Melaka pada bulan Oktober 1574. Meskipun pasukan Aceh saat itu dikalahkan oleh Portugis.

Pasukan Yepara yang datang terlambat langsung melepaskan tembakan ke Melaka dari Selat Melaka. Keesokan harinya mereka mendarat dan membangun garis pertahanan. Namun akhirnya Portugis mampu bertahan. Sekitar 30 kapal Jepara terbakar. Pihak Jepara mulai merasakan tekanan, namun tetap menolak melakukan perundingan damai karena terlalu menguntungkan Portugal. Sementara enam kapal perbekalan kiriman Ratu Kalinyamat ditangkap Portugis. Rombongan Yepara semakin melemah dan memutuskan untuk pulang. Dari jumlah awal yang diutus Ratu Kalinyamat, hanya sepertiganya yang sampai di Pulau Jawa.

Kehebatan dan keberanian Ratu Kalinyamat diakui oleh sejarawan Portugis Diogo do Coutu dalam Da Asia de Joao de Barros dengan ungkapan Rainha de Japara, senhora poderosa, e rica (artinya ‘ratu Japara, wanita sakti dan kaya raya’). .

Baca juga  Guru Anak Mengirimkan Pesan Kepada Anda Tentang Capaian Belajar Anak

Sumber Portugis melaporkan bahwa Kerajaan Tanah Hitu Kalinyamat berulang kali meminta bantuan dalam memerangi suku Portugis dan suku lain yang merupakan keturunannya yaitu suku Hati. Bantuan dikirim pertama kali pada tahun 1565. Perlawanan ini berdampak pada Portugis yang lambat laun meninggalkan Maluku setelah sepuluh tahun.

Setelah kematiannya pada tahun 1579, Ratu Kalinyamath digantikan oleh putra angkatnya Pangeran Arya Yepara. Meskipun dia tidak sekuat bibinya, kekuatannya dihormati di laut.

Pada tahun 1580, Maulana Yusuf, raja Banten sekaligus pahlawan penakluk Pajajaran, meninggal dunia. Dia hanya meninggalkan satu anak laki-laki. Menurut para penulis sejarah di Banten, Pangeran Jepara yang merupakan saudara laki-laki Maulana Yusuf mengklaim haknya atas takhta Kesultanan Banten. Ia bersama panglima armada Laksamana Demang meninggalkan Yepara menuju Banten. Namun sesampainya di sana, Laksamana Demang tewas dalam pertempuran melawan Perdana Menteri Banten, sehingga Pangean Jepara harus pulang. Pasca kejadian tersebut, berakhirlah pengaruh pemerintah Jepara di Jawa Barat.

Pada masa pemerintahan Pangeran Arya Jepara, Kesultanan Mataram yang dipimpin oleh Sutavijaya melakukan beberapa upaya untuk menaklukkan Kalinyamath, namun gagal karena kota Jepara dipertahankan kuat oleh prajuritnya dengan benteng berbentuk lingkaran menghadap ke dalam. Menurut para pelaut Belanda (Eerste Schipvaert I: 103), sebagian besar kota pelabuhan di Jawa pada abad keenam belas dikelilingi oleh tembok batu atau kayu dengan sisi yang menghadap ke dalam.

Baru pada tahun 1599 Mataram berhasil menaklukkan Kalinyamat melalui serangan yang menghancurkan kota Jepara secara fisik, politik dan ekonomi.

Surat Belanda tahun 1615 (Kolenbrander, Cohen VII: 45) menyebutkan kehancuran (kehancuran) kota Jepara. Invasi Kesultanan Mataram dari pedalaman menimbulkan banyak kerusakan pada kota-kota pelabuhan pesisir, dan tidak menutup kemungkinan Kesultanan Kalimat menjadi salah satu korban penyerangan tersebut.

Beberapa monumen Kalinyamat yang masih ada adalah kawasan kota Inggil Kalinyamat di Kriyan, Pertapaan Sonder di Tulakan dan Benteng Kalinyamat di Robayan.

Pernikahan putri sultan, putri sultan jogja, foto pernikahan putri sultan jogja, putri sultan brunei, putri sultan, putri sultan yogyakarta, putri sultan hamengkubuwono cerai, putri sultan hamengkubuwono x, pernikahan putri sri sultan