Peta Sebaran Permukiman Di Kabupaten Semarang Tahun 2014 Merupakan Peta

Peta Sebaran Permukiman Di Kabupaten Semarang Tahun 2014 Merupakan Peta – Indonesia merupakan wilayah yang sering mengalami bencana alam. Berbagai bencana alam yang sering terjadi antara lain banjir, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, angin kencang, kebakaran hutan dan lain-lain. Bencana alam dapat menimbulkan kerugian baik langsung maupun tidak langsung, baik berupa korban jiwa, kerugian fisik maupun materil. Bencana juga dapat merusak lingkungan dan ekosistem alam. Potensi terjadinya bencana saat ini dan di masa yang akan datang masih sangat tinggi dan dapat bertambah jumlahnya. Selain bencana alam, terjadi juga karena sebab-sebab alam seperti pergerakan lempeng bumi yang menjadi sumber bencana. Gempa bumi, dan di beberapa daerah pergerakan tanah, terutama di daerah perbukitan terjal, juga disebabkan oleh aktivitas manusia. Jangan menganggap konservasi alam, seperti dampak perubahan penggunaan lahan dari hutan atau pertanian menjadi kawasan pemukiman, atau penentuan lokasi kawasan pemukiman sebagai hal yang tidak tepat. Pertambahan jumlah penduduk membawa akibat terhadap permasalahan yang dihadapinya. Permasalahan yang berkaitan langsung dengan pertambahan dan persebaran penduduk adalah permasalahan perumahan dan permukiman Selain itu, pertambahan penduduk dan perkembangan ekonomi suatu wilayah juga menyebabkan terjadinya aktivitas permukiman di beberapa wilayah, bahkan di lokasi yang sesuai. . Keberadaan pemukiman di lahan yang tidak sesuai semakin meningkatkan risiko terjadinya bencana alam. Seperti halnya di Kabupaten Magelang Kabupaten Magelang merupakan salah satu daerah rawan bencana alam seperti tanah longsor, gempa bumi, dan letusan gunung berapi. Selain bencana alam tersebut, banyak terdapat daerah perbukitan dengan kondisi tanah labil, rawan terjadinya letusan gunung berapi dan gempa bumi, wilayah tersebut termasuk dalam lempeng selatan yaitu lempeng Indo-Australia. Yang selalu bergerak ke utara sekitar 4-6cm per tahun Bencana alam yang terjadi di Kabupaten Magelang semakin meningkat seiring dengan meningkatnya aktivitas perusakan alam dan pembukaan lahan yang tidak sesuai dengan namanya. Permasalahan Pesatnya pembangunan di Kabupaten Magelang berimplikasi pada semakin meningkatnya kebutuhan lahan untuk pemukiman dan kegiatan lainnya. Mendorong kegiatan pada kawasan yang tidak sesuai peruntukannya sebagai kawasan pemukiman. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dan tingginya intensitas aktivitas manusia dalam perubahan penggunaan lahan akan meningkatkan tingkat risiko pada kawasan rawan bencana tanah. Situasi ini terus berlanjut karena rendahnya tingkat kapasitas yang dimiliki masyarakat dan pemerintah serta lemahnya implementasi kebijakan konstruksi dan pemantauan di bidang terkait. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Pemerintah Kabupaten Magelang berupaya membatasi penggunaan lahan di daerah rawan bencana untuk pertanian perumahan. RTRW yang telah disusun menyebutkan bahwa kawasan rawan bencana merupakan kawasan lindung. Namun pada kenyataannya lahan digunakan sebagai kawasan pemukiman di kawasan rawan bencana dan pemerintah setempat gagal menerapkan kebijakan ini dengan baik karena sebagian besar masyarakat sudah lama tinggal di kawasan rawan bencana. Seiring berjalannya waktu bahkan setelah beberapa generasi Untuk itu perlu dilakukan pengkajian kesesuaian lahan permukiman di kawasan rawan bencana Kabupaten Magelang agar dapat diketahui sebaran permukiman pada lahan yang tidak sesuai khususnya pada kawasan rawan bencana. bencana sehingga risiko dapat diminimalkan. . Bencana alam di Kabupaten Magelang dapat diminimalisir. Selain itu, penilaian ini dapat dijadikan acuan dalam menurunkan kesiapsiagaan bencana bagi permukiman di daerah rawan bencana agar tidak terjadi kerugian yang tinggi. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dari laporan ini adalah untuk menilai kesesuaian lahan pemukiman di kawasan rawan bencana Kabupaten Magelang. Tujuan untuk mencapai tujuan tersebut antara lain:

Baca juga  Dampak Negatif Dari Interaksi Nelayan Menjala Ikan Di Laut

Secara geografis Kabupaten Magelang termasuk dalam Provinsi Jawa Tengah yang terletak pada 70 19′ 33” – 70 42′ 13” Lintang Selatan dan 1100 02′ 41” – 1100 27′ 8” Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Magelang adalah 108.753 ha atau 3,34% dari luas Provinsi Jawa Tengah. Secara administratif Kabupaten Magelang berbatasan dengan: Bagian Utara: Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Semarang Bagian Selatan: Kabupaten Purworjo dan Provinsi DIY. Bagian Timur : Kabupaten Semarang dan Kabupaten Boilali Bagian Barat : Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo Kabupaten Magelang terdiri dari 21 kecamatan yang terbagi menjadi 370 desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan Kabupaten Magelang berada di Kecamatan Mungkid. Di bawah ini adalah peta administrasi Kabupaten Magelang Kondisi Topografi Alam Fisik Kabupaten Magelang merupakan wilayah dengan topografi yang bervariasi. Luas topografi datar 8.599 hektar, 44.784 hektar, curam 41.037 hektar, dan sangat curam 14.155 hektar dengan ketinggian 0 – 3.065 meter dpl, dengan ketinggian rata-rata 360 meter dpl. Daerah Kabupaten Magelang Tingkat secara topografis merupakan dataran tinggi (cekungan) berbentuk cangkir karena dikelilingi oleh 5 (lima) gunung yaitu Gunung Merapi, Merbabu, Andong, Telomoi, Umchumbing dan Gunung Menoreh. Kondisi tersebut menjadikan sebagian besar Kabupaten Magelang merupakan daerah aliran sungai (DAS) yang membuat tanah menjadi subur karena adanya sumber air dan sisa abu vulkanik. Sebaran lereng di Kabupaten Magelang dapat dilihat pada peta di bawah Klimatologi Kabupaten Magelang mempunyai iklim tropis dengan dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau, dengan suhu udara berkisar antara 20˚ C – 27˚ C. Hal ini mengakibatkan terjadinya longsor di banyak daerah pegunungan dan lereng gunung. Jenis tanah di wilayah Kabupaten Magelang bagian tengah adalah tanah alluvial/aluvial yang mempengaruhi batuan induk. Endapan aluvial menempati satuan geomorfik dataran aluvial di sepanjang tepian sungai-sungai besar, seperti Sungai Progo yang anak sungainya mengalir ke Kecamatan Borobudur di wilayah Kabupaten Salaman. Endapan Aluvial sangat baik sebagai akuifer (penyimpanan air tanah) dan sebagai penghasil pasir dan batuan. Sedangkan lereng gunung dan kaki bukit merupakan tanah sedimen vulkanik. Jenis tanah di Kabupaten Magelang sebagian besar adalah Latosol dan Regosol, ada pula yang Andosol, Litosol dan Aluvial. Rata-rata kedalaman tanah efektif 30 – 90 cm Tata Guna Lahan Tata Guna Lahan di Kabupaten Magelang sebagian besar berupa sawah dan lahan kering. Luasnya tata guna lahan untuk sawah dan tegalan/rawa sesuai dengan potensi alam Kabupaten Magelang berupa tanah subur. Kondisi Permukiman Kawasan permukiman Kabupaten Magelang tersebar merata di hampir seluruh wilayah Kepadatan permukiman dapat dibedakan menjadi kepadatan rendah, sedang, dan tinggi Kawasan permukiman dengan kepadatan rendah memanjang di bagian tengah Kabupaten Magelang hingga batas wilayah kabupaten dimana wilayah tersebut berada. kepadatan pemukiman berkurang. Hal ini dikarenakan Kabupaten Magelang mempunyai wilayah yang datar dan landai di bagian tengah dan pegunungan di bagian tepinya. Daerah Rawan Bencana Kabupaten Magelang merupakan daerah yang relatif lebih ringan dibandingkan daerah curam Seluruh wilayah Kabupaten Magelang merupakan daerah yang memiliki tingkat kerawanan bencana mulai dari tingkat rendah hingga tinggi. Bahkan terdapat daerah berbahaya dan terlarang. Bencana yang sering terjadi di Kabupaten Magelang antara lain tanah longsor dan letusan gunung berapi. Bencana tanah longsor terjadi hampir di seluruh wilayah Kabupaten Magalang, baik berupa tanah longsor kecil maupun tanah longsor besar yang menimbulkan kerusakan harta benda dan korban jiwa. Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), 9 kecamatan dan 375 desa di Kabupaten Magelang rawan longsor. Tingkat kerentanan tertinggi terdapat di Kecamatan Kazoran, Salaman dan Borobudur Selain bencana tanah longsor, Kabupaten Magelang juga rawan terhadap bencana letusan gunung api. Hampir seluruh wilayah Kabupaten Magelang dikelilingi oleh gunung berapi sehingga berisiko mengalami erupsi. Letusan gunung berapi drainase berbahaya bagi warga, termasuk lahar dan aliran lahar. Oleh karena itu, lahar dan daerah yang dilalui aliran lahar termasuk dalam zona bahaya.

Baca juga  Jenis Hak Warga Negara Dan Contoh Perwujudannya

Peta Sebaran Permukiman Di Kabupaten Semarang Tahun 2014 Merupakan Peta

Analisis penilaian kesesuaian lahan untuk permukiman di kawasan rawan bencana Kabupaten Magelang dilakukan dengan menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG).

Whatsapp Image 2022 11 04 At 18.49.23.jpeg?fit=1024,1024&ssl=1

Kerangka Analisis Analisis didasarkan pada tiga tahapan yaitu input, proses dan output. Masukan penilaian kesesuaian lahan adalah peta curah hujan, jenis tanah dan lereng yang dianalisis dan diperoleh peta kesesuaian lahan. Peta kesesuaian lahan selanjutnya dijadikan masukan dan dianalisis dengan peta risiko bencana sehingga menghasilkan peta kelas kesesuaian lahan perumahan. Peta ini kemudian dimasukkan dan dianalisis bersama dengan peta sebaran pemukiman untuk menilai lebih lanjut kesesuaian lahan pemukiman yang ada. Metode Analisis Analisis yang digunakan untuk menilai kesesuaian lahan permukiman adalah analisis spasial dalam perangkat lunak. Teknik yang digunakan adalah overlay peta dan scoring. Hamparan peta merupakan suatu teknik penggabungan lapisan-lapisan yang berbeda untuk mendapatkan informasi dari beberapa gabungan data. Sistem skoring merupakan metode yang digunakan untuk menentukan kesesuaian lahan dengan menggunakan skor kesesuaian lahan. Analisis kesesuaian lahan. Analisis kesesuaian lahan. Analisis kesesuaian lahan. Kesesuaian lahan diperoleh dari overlay peta kemiringan, curah hujan dan jenis tanah. Skor tersebut digunakan untuk menentukan kelas kesesuaian lahan berdasarkan peruntukannya. Total skor kesesuaian lahan merupakan penjumlahan dari skor kelas pelindian, curah hujan dan jenis tanah. Berikut skornya

Sumber: tidak. 837/UM/II/1980 dan No. 683/KPTS/UM/1981 Dari tabel faktor tiga skor dapat diketahui ketiga skor tersebut, kemudian ketiga skor yang diketahui tersebut dijumlahkan untuk mengetahui kesesuaian lahan suatu kawasan tertentu untuk dijadikan kawasan pertanian, penyangga, dan pertahanan. Skor total kesesuaian lahan adalah sebagai berikut

Baca juga  Tembang Macapat Cacahe Ono

Sumber: tidak. 837/UM/II/1980 dan No. 683/KPTS/UM/1981 Dari hasil analisis kesesuaian lahan pemukiman, skoring dan diperoleh kesesuaian lahan untuk pertanian, kawasan penyangga dan kawasan lindung, dimasukkan ke dalam kawasan rawan bencana sehingga diperoleh lahan yang cocok untuk pemukiman.

Peta sebaran flora dan fauna di indonesia, peta kabupaten di sumatera utara, peta kabupaten semarang jawa tengah, peta kabupaten, peta sebaran flora di indonesia, peta kabupaten garut, peta kabupaten di indonesia, peta kabupaten semarang, peta kabupaten di jawa barat, peta sebaran gunung berapi di indonesia, peta kabupaten di bali, peta sebaran curah hujan di indonesia